3.9 Menganalisis isi dan kebahasaan novel dan 4.9 Merancang novel atau novelet dengan memerhatikan isi dan kebahasaan baik secara lisan maupun tulis

Jumlah Pertemuan : 4 x 2 JP
Pertemuan ke          : 1, 3, 2
Tanggal                     : 11 November 2019
Materi                       : Novel
Kelas                         : XII IPA 3, 4, 6


Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun sebuah karya sastra, dalam hal ini cerpen dari dalam karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik dalam cerpen terdiri dari :
  1. Tema
Tema merupakan suatu pokok masalah yang mendasari sebuah cerita (gagasan pokok). Tema biasanya tidak disajikan secara langsung namun tersirat dan dapat disimpulkan sendiri oleh pembaca.
  1. Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah pelaku dalam cerita. Penokohan adalah pemberian watak pada tokoh dalam cerita. Pemberian sifat/ watak atau karakter tiap tokohnya akan terlihat dari tingkah laku, pikiran, ucapan, dan pandangan tokoh terhadap sesuatu. Metode penokohan terdapat dua jenis, yaitu metode analitik dan metode dramatik.
  • Metode analitik merupakan penokohan yang dipaparkan secara langsung seperti baik hati, pemarah, keras kepala, jahat, dan lain sebagainya.
  • Sedangkan metode dramatik merupakan penokohan yang dipaparkan secara tidak langsung yaitu melalui dialog antar tokoh, penggambaran sifat dan perilaku atau cara fikir.
Selain dua hal diatas penokohan juga dibedakan menurut penampilan tokohnya yaitu protagonis dan antagonis.
  • Protagonis  adalah tokoh yang memerankan watak jujur, baik, suka menolong, dan lainnya yang baik baik.
  • Antagonis adalah tokoh yang memerankan watak licik, tidak jujur, jahat, pembohong, dan lainnya yang buruk buruk.
  • Tritagonis adalah tokoh yang menjadi penengah atau penghubung antara protagonis dan antagonis. karakter tritagonis mengarah sama seperti protagonis.
  1. Setting/ latar
Setting atau latar dalam sebuah cerita bisa berupa tempat, suasana, atau waktu. Terdapat tiga unsur utama dalam setting/latar yaitu :
  • Latar tempat, terkait tempat terjadinya peristiwa dalam cerpen
  • Latar waktu, terkait kapan peristiwa tersebut terjadi
  • Latar suasana, terkait suasana atau perasaan dalam suatu peristiwa

  •  Sudut pandang
Sudut pandang adalah cara pandang pengarang dalam menceritakan sebuah cerita. Sudut pandang mampu menempatkan pengarang maupun pembaca untuk menjadi tokoh utama atau orang lain dalam cerita. Terdapat 3 kata ganti orang dalam sudut pandang :
  • Sudut pandang orang pertama, yaitu pandangan penulis seolah-olah ia terjun langsung sebagai tokoh utama dalam ceritanya. Contoh : aku, saya, gue (tunggal) ; kami, kita (jamak)
  • Sudut pandang orang kedua, yaitu pandangan penulis seolah-olah penulis sedang bercerita. Contoh : kamu (tunggal), kalian (jamak)
  • Sudut pandang orang ketiga, pandangan penulis seolah-olah penulis merasakan, mengetahui, mengalami apa yang terjadi pada tokoh cerita tersebut. Contoh : dia (tunggal), mereka (jamak)
 Alur atau plotAlur atau plot merupakan jalannya sebuah cerita. Urutan cerita biasanya berdasarkan waktu, kejadian sebab akibat, atau lainnya. Secara garis besar dan yang paling umum, alur cerita dimulai dengan perkenalan atau pertemuan antar tokoh, munculnya konflik, konflik memuncak, puncak konflik atau klimaks, penyelesaian konflik, lalu akhir (perpisahan atau hasil dari solusi konflik). Alur juga bisa dimodifikasi sesuai dengan keinginan penulis misal kisah akibat-sebab atau plot maju mundur antara sebab dan akibat. Dalam sebuah cerita, alur dibuat oleh penulis untuk membuat tahapan-tahapan dalam cerita, sehingga isi cerita tidak membinggungkan pembaca. Alur cerita yang digunakan terbagi beberapa jenis, yaitu :
  • Alur Maju atau alur progresif, yaitu alur yang bergerak maju dengan tahapan cerita yang menceritakan kejadian secara berurutan, mulai dari awal, tengah dan akhir. Biasanya dimulai dari pengenalan masing-masing karakter tokoh, timbulnya konflik, puncak dari konflik, pemecahan konflik, penyelesaian konflik.
  • Alur Mundur atau alur regresif, yaitu tahapan cerita yang menceritakan kejadian akhir sebuah cerita, kemudian mundur kebelakang mengingat kembali bagaimana kisah itu terjadi.
  • Alur Campuran atau alur gabungan, yaitu kombinasi dari alur maju dan alur mundur, tahapan dalam cerita bisa berurutan kemudian disisipi kisah mundur kebelakang atau selang seling dari alur maju dan mundur.
  1. Amanat
Amanat merupakan ajaran atau pesan yang  tersirat dalam isi cerita, sehingga  dibutuhkan pemahaman dari pembaca. Ajaran/pesan tersebut dapat bersifat positif maupun negatif.
  1. Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah ciri khusus penulis dalam menggambarkan atau melukiskan isi ceritanya dengan penggunaan kata, uangkapan, majas, yang digunakannya.

Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang berada diluar sebuah karya sastra (cerpen), namun secara tak langsung mempengaruhi isi dari karya sastra tersebut. Beberapa unsur ekstrinsik yang berkaitan dengan pembuatan sebuah karya sastra, diantarnya :
  1. Latar Belakang Pembuatan/Penciptaan 
Latar belakang pembuatan sebuah cerita adalah dasar yang bermaksud/bertujuan memberikan pemahaman kepada pembaca apa dan mengapa sebuah karya sastra dibuat. Atau memberi pemahaman apa yang ingin penulis sampaikan kepada pembaca.
  1. Latar belakang Pengarang
Latar belakang pengarang juga merupakan hal paling berpengaruh terhadap pembuatan cerita. Latar belakang pengarang berupa :
  • Biografi : biografi tentang riwayat hidup penulis, tentang pendidikannya
  • Aliran sastra : seorang penulis memiliki aliran sastranya sendiri yang menjadi ciri khasnya. Latar belakang penulis juga disertai aliran cerita yang disukainya.
  • Kondisi Psikologis : Suatu keadan psikologis pengarang yang berupa pemilihan tema, bahasa yang digunakan, alur yang dipakai, pandangan hidup pengarang, keyakinan dan lain sebagainya.
  1. Situasi/Keadaan Masyarakat
Situasi yang sedang berkembang atau terjadi di tengah-tengah masyarakat, seperti ideologi, politik, sikap sosial, budaya, dan juga kondisi perekonomian masyarakat. Latar budaya masyarakat muncul dalam cerita dapat dituliskan dalam bentuk setting maupun muncul dalam dialog tokoh, atau pada narasi penulis.
Gaya bahasa perbandingan
1. Asosiasi (simile) adalah majas perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda tapi sengaja dianggap sama. Majas ini ditandai dengan penggunaan kata bagai, bagaikan, seperti, seumpama.
Contoh : Mukanya pucat bagai mayat.
2. Metafora adalah majas perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat. Contoh : Raja siang keluar dari ufuk timur.
3. Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia. Contoh : Pena menari-nari diatas kertas.
4. Alegori adalah majas perbandingan yang bertautan satu dengan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh.
Contoh : Hidup ini bagaikan sebuah biduk yang berlayar ke sebuah pulau. Ia akan menghadapi ombak dan karang sebelum sampai tujuan.
Gaya bahasa Pertentangan


1. Hiperbola adalah majas yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan dengan maksud untuk memperhebat, meningkatkan kesan, dan daya pengaruh.
Contoh : Saya terkejut setengah mati mendengar perkataannya.
2. Litotes adalah majas yang ditujukan untuk mengurangi atau mengecil-ngecilkan kenyataan sebenarnya. Tujuannya untuk merendahkan diri.
Contoh : Gajiku tak seberapa, hanya cukup untuk makan anak dan istri.
3. Ironi adalah majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud untuk menyindir.
Contoh : Rajin sekali kamu, lima hari tidak masuk sekolah.
4. Sinisme adalah majas yang menyatakan sindiran secara langsung.
Contoh : Bisa-bisa aku jadi gila melihat kelakuanmu itu!
5. Oksimoron adalah majas yang antarbagian-bagiannya menyatakan sesuatu yang bertentangan.
Contoh : Yang tetap dalam dunia ini adalah perubahan.

Gaya Bahasa Pertautan
1. Metonimia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal lainnya sebagai pengganti.
Contoh : Saya pergi ke Bali naik Garuda. 
2. Sinekdoke adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya, atau sebaliknya. Majas ini terbagi atas dua jenis.
A. Pars pro toto, sebagian untuk seluruhnya.
Contoh : Kami akan membeli tiga ekor ayam untuk Lebaran nanti.
B. Totem pro parte, seluruhnya untuk sebagian.
Contoh : Indonesia meraih medali emas dalam kejuaraan itu.
3. Alusi adalah majas yang menunjuk secara tidam langsung pada suatu tokoh atau peristiwa yang sudah diketahui bersama.
Contoh : Apakah setiap guru harus bernasib seperti Umar Bakri?
4. Inveri adalah majas yang dinyatakan oleh pengubahan susunan kalimat.
Contoh : Paman saya wartawan -> Wartawan, paman saya.

Gaya Bahasa Penegasan
1. Pleonasme adalah majas yang menggunakan kata-kata secara berlebihan dengan maksud untuk menegaskan arti suatu kata.
Contoh : Mereka turun ke bawah untuk melihat keadaan barang-barangnya yang jatuh.
2. Klimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut yang makin lama makin menghebat.
Contoh : Semua jenis kendaraan, mulai dari sepeda, motor, sampai mobil, berjejer memenuhi halaman rumah Pak Kades.
3. Antiklimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut yang makin lama makin menurun (melemah).
Contoh : Bapak kepala sekolah, para guru, dan murid-murid, sudah hadir di lapangan upacara
4. Retoris adalah majas yang berupa kalimat tanya yang jawabannya sudab diketahui penanya.
Contoh : Siapa yang tidak ingin hidup bahagia?

Gaya Bahasa Perulangan
1. Aliterasi adalah majas yang memanfaatkan kata-kata yang bunyi awalnya sama.
Contoh : Inilah indahnya impian, insan ingat ingkar.
2. Antanaklasis adalah majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda.
Contoh : Karena buah penanya yang kontroversial, dia menjadi buah bibir masyarakat.
3. Repetisi adalah majas perulangan kata-kata sebagai penegasan.
Contoh : Selamat datang pahlawanku, selamat datang pujaanku, selamat datang bunga bangsaku.
4. Paralelisme adalah majas perulangan sebagaimana halnya repetisi, hanya disususn dalam baris yang berbeda. Biasanya terdapat dalam puisi.
Contoh :
Sunyi itu duka
Sunyi itu kudus
Sunyi itu lupa
Sunyi itu lampu

Komentar

Postingan Populer