3.8 Membandingkan nilai-nilai dan kebahasaan cerita rakyat dan cerpen, dan 4.8 Mengembangkan cerita rakyat (hikayat) ke dalam bentuk cerpen dengan memerhatikan isi dan nilai-nilai

Jumlah pertemuan : 4 X 2 JP
Pertemuan ke : 2
Tanggal                     : 13 November 2019
Materi         : Teks Hikayat
Kelas                       : X IPA 5

Karakteristik kebahasaan dalam hikayat
Hikayat disajikan dengan menggunakan bahasa Melayu Klasik. Di antara ciri bahasa yang dominan dalam hikayat adalah banyak menggunakan konjungsi hampir pada setiap awal kalimat.
Selain banyak menggunakan konjungsi, hikayat menggunakan kata-kata arkais. Hikayat merupakan karya sastra klasik. Artinya, usia hikayat jauh lebih tua dibandingkan usia negara Indonesia. Meskipun bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia (berasal dari bahasa Melayu), tidak semua kata dalam hikayat kita jumpai dalam bahasa Indonesia sekarang. Kata-kata yang sudah jarang digunakan atau bahkan sudah asing tersebut disebut sebagai kata-kata arkais.

Menggunakan majas
Perbandingan
1. Asosiasi (simile) adalah majas perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda tapi sengaja dianggap sama. Majas ini ditandai dengan penggunaan kata bagai, bagaikan, seperti, seumpama.
Contoh : Mukanya pucat bagai mayat.

2. Metafora adalah majas perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat. Contoh : Raja siang keluar dari ufuk timur.

3. Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia. Contoh : Pena menari-nari diatas kertas.

4. Alegori adalah majas perbandingan yang bertautan satu dengan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh.
Contoh : Hidup ini bagaikan sebuah biduk yang berlayar ke sebuah pulau. Ia akan menghadapi ombak dan karang sebelum sampai tujuan.

5. Antonomasia adalah majas yang menyebutkan sesuatu bukan dengan nama asli dari benda tersebut, melainkan dari salah satu sifat benda tersebut. Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
Contoh : Si Miskin dengan rupa kainnga seperti dimamah anjing itu berjalan mencari rezeki.

Pertentangan

1. Hiperbola adalah majas yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan dengan maksud untuk memperhebat, meningkatkan kesan, dan daya pengaruh.

Contoh : Saya terkejut setengah mati mendengar perkataannya.

2. Litotes adalah majas yang ditujukan untuk mengurangi atau mengecil-ngecilkan kenyataan sebenarnya. Tujuannya untuk merendahkan diri.
Contoh : Gajiku tak seberapa, hanya cukup untuk makan anak dan istri.

3. Oksimoron adalah majas yang antarbagian-bagiannya menyatakan sesuatu yang bertentangan.
Contoh : Yang tetap dalam dunia ini adalah perubahan.

Sindiran

1. Ironi adalah majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud untuk menyindir.
Contoh : Rajin sekali kamu, lima hari tidak masuk sekolah.

2. Sinisme adalah majas yang menyatakan sindiran secara langsung.
Contoh : Bisa-bisa aku jadi gila melihat kelakuanmu itu!

Penegasan

1. Pleonasme adalah majas yang menggunakan kata-kata secara berlebihan dengan maksud untuk menegaskan arti suatu kata.
Contoh : Mereka turun ke bawah untuk melihat keadaan barang-barangnya yang jatuh.

2. Klimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut yang makin lama makin menghebat.
Contoh : Semua jenis kendaraan, mulai dari sepeda, motor, sampai mobil, berjejer memenuhi halaman rumah Pak Kades.

3. Antiklimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut yang makin lama makin menurun (melemah)
Contoh : Bapak kepala sekolah, para guru, dan murid-murid, sudah hadir di lapangan upacara

4. Retoris adalah majas yang berupa kalimat tanya yang jawabannya sudab diketahui penanya.
Contoh : Siapa yang tidak ingin hidup bahagia?

Komentar

Postingan Populer