3.12 Membandingkan kritik sastra dan esai dari aspek pengetahuan dan pandangan penulis dan 4.12 Menyusun kritik dan esai dengan memerhatikan aspek pengetahuan dan pandangan penulis baik secara lisan maupun tulis


Jumlah Pertemuan : 4 x 2 JP
Pertemuan ke          : 2
Tanggal                     : 09 Januari 2020
Materi                       : Kritik dan Esai
Kelas                         : XII IPA 3, 8

Pengertian Kritik Sastra

Kritik Sastra adalah suatu bidang studi sastra untuk menghakimi karya sastra, untuk memberi penilaian dan keputusan mengenai bermutu atau tidaknya suatu karya sastra yang sedang dihadapi kritikus.

Ciri-Ciri Kritik Sastra

Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri kritik sastra, yakni sebagai berikut:
  1. Memberikan tanggapan terhadap objek kajian (hasil karya sastra)
  2. Memberikan pertimbangan baik dan buruk sebuah karya sastra
  3. Bersifat objektif
  4. Memberikan solusi atau kritik-konstruktif
  5. Tidak menduga-duga
  6. Memaparkan penilaian pribadi tanpa memuat ide-ide

Fungsi Kritik Sastra

Berikut ini terdapat beberapa fungsi kritik sastra, yakni sebagai berikut:
  • Untuk perkembangan ilmu sastra sendiri. Kritik sastra dapat membantu penyusunan teori sastra dan sejarah sastra. Hal ini tersirat dalam ungkapan Rene wellek “karya sastra itu tidak dapat dianalisis, digolong-golongkan, dan dinilai tanpa dukungan prinsip-prinsip kritik sastra.”.
  • Untuk perkembangan kesusastraan, maksudnya adalah kritik sastra membantu perkembangan kesusastraan suatu bangsa dengan menjelaskan karya sastra mengenai baik buruknya karya sastra dan menunjukkan daerah-daerah jangkauan persoalan karya sastra.
  • Sebagai penerangan masyarakat pada umumnya yang menginginkan penjelasan tentang karya sastra, kritik sastra menguraikan (mengsnalisis, menginterpretasi, dan menilai) karya sastra agar masyarakat umum dapat mengambil manfaat kritik sastra ini bagi pemahaman dan apresiasinya terhadap karya sastra (Pradopo, 2009: 93).

Manfaat Kritik Sastra

Berikut ini terdapat beberapa manfaat kritik sastra, yakni sebagai berikut:

1. Manfaat kritik sastra bagi penulis:

  • Memperluas wawasan penulis baik yang berkaitan dengan soal bahasa, objek atau tema-tema karangan, maupun teknik bersastra.
  • Menumbuhsuburkan motivasi untuk mengarang.
  • Meningkatkan kualitas karangan.

2. Manfaat kritik sastra bagi pembaca:

Menjembatani kesenjangan antara pembacakepada karya sastra.
  • Menumbuhkan kecintaan pembaca kepada karya sastra.
  • Meningkatkan kemanpuan mengapresiasi karya sastra.
  • Membuka mata hati dan pikirtan pembaca akan nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra.

3. Manfaat kritik sastra bagi perkembangan sastra:

  • Mendorong laju perkembangan sastra baik kualitatif maupun kuantitatif.
  • Memperluas cakrawala atau permasalaha yang ada dalam karya sastra.

Jenis-Jenis Kritik Sastra

berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis kritik sastra, yakni sebagai berikut:

1. Kritik Mimetik

Menurut Abrams, kritikus pada jenis ini memandang karya sastra sebagai tiruan aspek-aspek alam. Sastra merupakan pencerminan/penggambaran dunia kehidupan. Sehingga kriteria yang digunakan kritikus sejauh mana karya sastra mampu menggambarkan objek yang sebenarnya. Semakin jelas karya sastra menggambarkan realita semakin baguslah karya sastra itu.
Kritik jenis ini jelas dipengaruhi oleh paham Aristoteles dan Plato yang menyatakan bahwa sastra adalah tiruan kenyataan.
Di Indonesia, kritik jenis ini banyak digunakan pada Angk. 45. Contoh lain misalnya:
  • Novel Indonesia Mutakhir: Sebuah Kritik, Jakob Sumardjo
  • Novel Indonesia Populer, Jakob Sumardjo

2. Kritik Pragmatik

Kritikus jenis ini memandang karya sastra terutama sebagai alat untuk mencapai tujuan (mendapatkan sesuatu yang daharapkan). Sementara tujuan karya sastra pada umumnya: edukatif, estetis, atau politis. Dengan kata lain, kritik ini cenderung menilai karya sastra atas keberhasilannya mencapai tujuan.
Ada yang berpendapat, bahwa kritik jenis ini lebih bergantung pada pembacanya (reseptif). Kritik jenis ini berkembang pada Angkatan Balai Pustaka. STA pernah menulis kritik jenis ini yang dibukukan dengan judul Perjuangan dan Tanggung Jawab dalam Kesusastraan.

3. Kritik Ekspresif

Kritik ekspresif menitikberatkan pada pengarang. Kritikus ekspresif meyakini bahwa sastrawan (pengarang) karya sastra merupakan unsur pokok yang melahirkan pikiran-pikiran, persepsi-persepsi dan perasaan yang dikombinasikan dalam karya sastra. Kritikus cenderung menimba karya sastra berdasarkan kemulusan, kesejatian, kecocokan pengelihatan mata batin pengarang/keadaan pikirannya.
Pendekatan ini sering mencari fakta tentang watak khusus dan pengalaman-pengalaman sastrawan yang sadar/tidak, telah membuka dirinya dalam karyanya. Umumnya, sastrawan romantik jaman BP/PB menggunakan orientasi ekspresif ini dalam teori-teori kritikannya. Di Indonesia, contoh kritik sastra jenis ini antara lain:
  1. Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan, karya Arif Budiman
  2. Di Balik Sejumlah Nama, Linus Suryadi
  3. Sosok Pribadi Dalam Sajak, Subagio Sastro Wardoyo
  4. WS Rendra dan Imajinasinya, Anton J. Lake
  5. Cerita Pendek Indonesia: Sebuah Pembicaraan, Korrie Layun Rampan

4. Kritik Objektif

Kritikus jenis ini memandang karya sastra sebagai sesuatu yang mandiri, bebas terhadap sekitarnya, bebas dari penyair, pembaca, dan dunia sekitarnya. Karya sastra merupakan sebuah keseluruhan yang mencakupi dirinya, tersusun dari bagian-bagian yang saling berjalinan erat secara batiniah dan mengehndaki pertimbangan dan analitis dengan kriteria-kriteria intrinsik berdasarkan keberadaan (kompleksitas, koherensi, keseimbangan, integritas, dan saling berhubungan antarunsur-unsur pembentuknya)
Jadi, unsur intrinsik (objektif)) tidak hanya terbatas pada alur, tema, tokoh, dsb; tetapi juga mencakup kompleksitas, koherensi, kesinambungan, integritas, dsb.
Pendekatan kritik sastra jenis ini menitikberatkan pada karya-karya itu sendiri.
Kritik jenis ini mulai berkembang sejak tahun 20-an dan melahirkan teori-teori:
  • New Critics (Kritikus Baru di AS)
  • Kritikus formalis di Eropa
  • Para strukturalis Perancis

Tujuan Kritik Sastra

Berikut ini terdapat beberapa tujuan kritik sastra, yakni sebagai berikut:
  1. Memperbaiki suatu karya sastra. Koreksi terhadap kesalahan yang terdapat dalam suatu karya sastra, baik ragam bahasa maupun tulis karya sastra tersebut.
  2. Memberikan penilaian secara objektif, ilmiah dan terstruktur terhadap suatu karya
  3. Bertujuan akademis. Kegiatan kritik sastra yang dilakukan oleh mahasiswa untuk memperoleh gelar akademisi.
  4. Bertujuan komersil, motivasi seorang kritikus untuk mendapatkan bayaran atas kegiatan kritik sastra, seperti menulis pada kolom surat kabar.

Prinsip-Prinsp Kritik Sastra

Berikut ini terdapat beberapa prinsip-prinsip kritik sastra, yakni sebagai berikut:
  • sastra adalah suatu cara berpikir yang universal, karakteristik manusia dalam segala masa dan tahap perkembangan;
  • tipe berpikir ini tidak akan dapat dikembangkan terpisah dari obyektivitasnya dalam beberapa bentuk tulisan yang bertindak sebagai suatu lambang yang penting;
  • maksud dan tujuan cara berpikir ini adalah membuat pengalaman lebih intensif dan bermakna;
  • pemupukan serta pengembangan sastra haruslah dilaksanakan melalui: (a) upaya pada penulisan yang kreatif, (b) melalui apresiasi, apropisasi, atau kesepadanan nilai-nilai yang terdapat dalam karya orang lain.
  • nilai sastra suatu puisi, novel, dan drama senantiasa bersifat pribadi;
  • intensitas pengalaman penikmat ssatra tergantung dari beberapa faktor yaitu : (a) perasaannya pada saat membaca; (b) paham atau tidaknya akan lambang-lambang yang dipakai; (c) biasa atau tidaknya akan interpretasi imajinatif; (d) pengalaman-pengalamannya pada masa lalu; (e) kesesuaian bahan-bahan yang disajikan pada masalah-masalahnya sendiri.
  • dari segi hakikat dan tujuan sastra, nilai-nilai estetika perlu dialihkan, dan kegunaan suatu karya sastra tertentu mungkin saja berbeda dari masa ke masa, dari bangsa ke bangsa, dan dari pribadi ke pribadi.
  • reaksi-reaksi perseorangan terhadap sastra ini sangat erat kaitannya dengan perkembangan sikap kita terhadap diri dan lingkungan, sehingga pada akhirnya tidaklah mungkin suatu sastra tanpa mempertimbangkan implikasi-implikasi moralnya.

Komentar

Postingan Populer